Jakarta, KlikDirektori.com | Presiden RI H. Joko Widodo memberi kata sambutan dan membuka acara Forum Titik Temu yang bertajuk Kerja Sama Multikultural untuk Persatuan dan Keadilan. Forum ini diprakarsai oleh Nurcholish Madjid Society, Jaringan Gusdurian dan MAARIF Institute For Culture And Humanity.
Dalam sambutannya itu, Jokowi menyatakan pentingnya keterbukaan dan merawat kemajemukan. Kemajemukan, menurut Jokowi adalah sebuah kebutuhan bukan semata mata akibat perkembangan zaman
“Dengan kemajemukan kita akan semakin kaya imajinasi untuk berinovasi, kemajemukan membuat kita semakin matang dan dewasa, kemajemukan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah kemajuan ekonomi,” ucap Jokowi, Rabu (18/9) pagi di Makara Ballroom, Hotel Double Tree Hilton, Cikini, Jakarta Pusat.
Mantan Gubernur DKI tersebut juga mengatakan bahwa negara akan maju jika kita mampu mengelola kemajemukan.
“Empat puluh tahun yang lalu Uni Emirat Arab merupakan negara yang tertinggal,tingkat melek hurufnya rendah, budaya pendidikannya tertutup dan tradisional, namun sekarang menjadi negara yang sangat makmur dan maju. Menurut saya kunci utamanya adalah keterbukaan dan toleransi,” terang Jokowi.
Menurut mantan walikota Solo itu, Isu kemajemukan bukan hanya isu sosial atau politik. Tapi juga menjadi isu pembangunan ekonomi.
“Tanpa adanya penerimaan terhadap kemajemukan dan anggota warga dengan latar belakang yang berbeda-beda maka masyarakat itu akan jadi masyarakat yang tertutup dan tidak berkembang,” imbuhnya.
Jokowi bersyukur Indonesia adalah negara majemuk sejak awal berdirinya. Ia mengajak untuk menguatkan kembali semangat Bhineka Tunggal Ika.
“Marilah kita kembalikan lagi kepada semangat berdirinya negara ini yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang mampu mengelola kemajemukan di internal bangsa kita. Yang bisa menjadi teladan, menjadi panutan dunia dalam merawat toleransi dan persatuan dan juga berani terbuka untuk kemajuan bangsa,” tutup Jokowi.
Sejumlah tokoh hadir dalam acara tersebut diantaranya, Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno, Istri Presiden ke-4 Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Istri Cak Nur Omi Komaria Nurcholis Madjid, cendekiawan muslim M. Quraish Shihab, mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung, Mendikbud Muhadjir Effendy, Menag Lukman Hakim Saifuddin, mantan Ketua BPIP Yudi Latief, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Azyumardi Azra dan Haidar Bagir. Turut hadir pula tokoh-tokoh lintas agama. (pr)