Jakarta, KlikDirektori.com | Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati beserta Menkeu dan Gubernur Bank Sentral Group of Twenty (G20) mengadakan pertemuan virtual yang diselenggarakan pada (23/03/20). Pertemuan ini diadakan secara khusus untuk membahas kondisi perekonomian global dan respon anggota G20 menghadapi pandemi COVID-19.
Menkeu mengungkapkan dalam Konferensi Pers Hasil Pertemuan G20 dan Update Respon Pemerintah yang diselenggarakan pada Selasa, 24 Maret 2020 melalui pertemuan virtual dengan Media bahwa Managing Director International Montery Fund (IMF) menyampaikan tahun 2020 ini proyeksi pertumbuhan ekonomi global akan negatif. “Ini artinya akan terjadi kontraksi jauh lebih rendah dari proyeksi tahun 2020 yang pertumbuhan ekonomi di atas 3%”, IMF memperkirakan akan ada perbaikan di tahun 2021”, ungkap Menkeu.
Stabilitas keuangan menjadi penting untuk memastikan ekonomi tidak terpuruk lebih dalam. Beberapa Bank Sentral G20 telah berinisiatif melakukan kerjasama swap line. Financial Stability Board (FSB) menekankan otoritas dan insititusi keuangan agar lebih fleksibel pada terhadap aturan internasional yang ada saat ini demi memastikan aktifitas keuangan masih berjalan.
Anggota G20 saat ini sudah mengeluarkan nilai stimulus yang sangat besar, diantaranya Jerman yang sudah mengeluarkan tambahan pengeluaran sebesar 132 miliar USD dan menyediakan 812 miliar USD sebagai tambahan jaminan, Perancis mengeluarkan stimulus senilai 45 miliar USD dan USA berencana mengeluarkan paket kebijakan senilai 1 triliun USD. Uni Eropa sendiri mengeluarkan stimulus senilai 100,86 miliar USD. Sedangkan Kanada sudah menerbitkan paket kebijakan sebesar 63,9 miliar USD. Korea Selatan yang menjadi salah satu pusat pandemi mengeluarkan stimulus senilai 66 miliar USD. Australia semalam baru saja mengeluarkan stimulus baru sehingga total stimulusnya mencapai 109 miliar USD (9.7 % GDP).
IMF berkomitmen menggunakan lending capacity sebesar 1 trilliun USD. IMF juga akan membantu anggotanya melalui pemberian SDR allocation dan memperluas fasilitas IMF-swap line. Kemudian, Bank Dunia dan Internatonal Finance Corporation (IFC) menyetujui pendanaan sebesar 14 miliar USD. Selanjutnya, International Development Association (IBRD/IDA) juga akan menyediakan 6 miliar USD untuk mendukung sistem kesehatan. Sebagai tambahan Bank Dunia, termasuk IFC dan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), juga dapat memberikan pendanaan sebanyak 150 miliar USD dalam 15 bulan mendatang.
Anggota G20 juga bekerja sama secara bilateral maupun multilateral untuk melakukan restrukturisasi hutang negara miskin agar mereka dapat fokus melawan pandemi. Anggota G20 juga menyetujui penyusunan G20 joint action plan yang berisikan respon kebijakan kolektif negara anggota G20. Di tataran Pemimpin G20, akan ada pembahasan inisiatif baru untuk mengatasi pandemi penyakit infeksius secara global.
Suasana global saat ini berada dalam situasi yang abnormal, Indonesia sebagai anggota G20 terus melakukan koordinasi secara lebih erat dengan anggota G20 lainnya dan menyiapkan langkah-langkah kebijakan extraordinary yang mungkin melampaui batasan yang telah ada. Sebagai langkah lanjutan, direncanakan pada tanggal 26 Maret 2020 akan diadakan pertemuan virtual G20 Summit.
Sumber: Kemenkeu